Sekapur Sirih

Foto saya
Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dilahirkan di Jepara pada awal bulan Agustus sebelum tahun 1980an, berambut ikal berkulit putih ala sawo matang. dibesarkan dalam lingkungan pengrajin ukiran kayu, walau jalan hidupnya jauh dari yang ada kaitannya dengan kayu... biar tampil beda he he he....dan menikah pada bulan yang sama 30 tahun setelah dilahirkan. Alhamdulillah telah dikaruniai seorang bidadari kecil pada hari Kamis, 6 Mei 2010. Selamat datang putriku sayang kuhadiahkan sebuah nama yang penuh dengan harapan dan doa "Tazkia Nadya Ulya" ....... Bekerja pada salah satu perusahaan negara bagian bersih-bersih alat sejak tahun 2007, setelah sebelumnya 3 tahun bergulat pada salah satu perusahaan kilang LPG di belantara lembur Cilamaya karawang.

Pengikut

Sabtu, 22 Mei 2010

NPK Blending

Kualitas produk Blending sangat dipengaruhi oleh pemilihan bahan baku yang diumpankan. Kualitas bahan baku tersebut meliputi : Ukuran Bahan baku, Komposisi bahan baku dan Kandungan air dalam bahan baku.
Ketidakseragaman ukuran bahan baku yang diumpankan dalam alat pencampuran (Mixer) akan menyebabkan produk yang dihasilkan menjadi tidak homogen karena adanya proses segregasi.
Pemilihan Jenis Bahan baku juga merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas produk. Pemilihan bahan baku didasarkan pada pertimbangan:
Safety
Reaksi Kimia yang menyebabkan lepasnya gas beracun
Permasalahan Produksi
Terbentuknya cairan (liqiud), lengket dan campuran korosif karena adanya kadar asam bebas.
Aspek Kualitas
Tingginya tendensi caking

Beberapa material pupuk mempunyai sifat hygroscopic dalam artian dapat menyerap moisture dari humidity udara. Critical Relative Humidity (CRH) cocok digunakan sebagai indikator derajat interaksi dengan moisture atmosferic. Nilai relatif humidity disekeliling udara, diatas absorbsi moisture material dan bukan dibawah. Lebih rendahnya CRH maka tendensi moisture pick up dari atmosfer akan lebih besar. Oleh karena itu diperlukan CRH tinggi untuk raw material dan produk akhir. Nilai CRH diukur/dihitung pada 30 oC dan turunnya nilai tendensi dengan naiknya temperatur.



ALUR PROSES

Bahan baku yang digunakan adalah Urea, TSP, Phosphate Alam, KCl, Dolomite, Zeolite, Humite Cair dan Micro Nutrien. Humite berfungsi sebagai anti cacking sekaligus meningkatkan kapasitas tukas kation NPK. Mekanisme pelapisan untuk pencegahan terhadap tendensi cacking dapat dijelaskan sebagai berikut :
TSP yang digunakan sebagai bahan baku biasanya dalam bentuk hidrat. Kontak langsung Urea dengan TSP akan menghasilkan Urea Phosphat yang sangat lengket, selain itu hidrat dalam TSP akan lepas menjadi H2O bebas sehingga campuran menjadi basah. Permasalahan ini diatasi dengan cara menspraykan Humite cair ke permukaan Urea kemudian menyelimutinya dengan bahan baku dolomite dan atau Zeolite. Dengan cara ini urea akan terlindungi dan kemungkinan kontak dengan TSP menjadi lebih kecil.
Selain itu Zeolite juga mempunyai keistimewaan sebagai berikut :
Zeolite merupakan bahan pembenah yang merupakan mineral alami berbahan dasar kelompok alumunium silikat yang terhidrasi logam alkali dan alkali tanah (terutama Na dan Ca). Salah satu sifat kimia dari zeolit adalah kemampuannya mengikat kation yang tinggi. Dalam ilmu tanah disebut dengan KPK (Kapasitas Pertukaran Kation). Nilai KPK dari zeolit ini adalah 120 me/100 gr.
Nilai KPK ini merupakan parameter tingkat kesuburan suatu jenis tanah. Maka apabila zeolit yang sudah diproses kemudian diberikan pada lahan pertanian akan meningkatkan nilai KPK tanah sekaligus meningkatkan kesuburan tanah. Nilai KPK ini akan menentukan kemampuan tanah untuk mengikat (mengawetkan) pupuk yang diberikan.
Misalnya tanah dipupuk dengan Urea. Dalam tanah urea akan membentuk ion amonium (NH4+), ion ini apabila tidak diikat oleh tanah (zeolit) maka akan terbuang percuma lewat air irigasi. Dengan demikian unsur hara yang diberikan lewat pemupukan akan lebih efisien apabila tanah pertanian diberi zeolit. Zeolit tidak hanya mengawetkan unsur N saja, tetapi juga K, Ca dan Mg.
Kemampuan mengawetkan pupuk ini berarti akan menghemat beaya pemupukan.
Kandungan Utama
Secara kimia kandungan zeolit yang utama adalah: Si02 = 62,75%; A1203 =12,71 %; K20 = 1,28 %; CaO = 3,39 %; Na2O = 1,29 %; MnO = 5,58 %; Fe203 = 2,01 %; MgO = 0,85 %; Clinoptilotit = 30 %; Mordernit = 49 %. Sedangkan nilai KPK antara 80 - 120 me/100 gr, nilai yang tergolong tinggi untuk penilaian tingkat kesuburan tanah. Nilai KPK ini akan menentukan kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan pupuk yang diberikan sebelum diserap tanaman.
Secara umum fungsi zeolit bagi lahan pertanian adalah:
Meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air irigasi lahan persawahan.
Menjaga keseimbangan pH tanah.
Mampu mengikat logam berat yang bersifat meracun tanaman misalnya Pb dan Cd.
Mengikat kation dari unsur dalam pupuk misalnya NH4+ dari urea K+ dari KC1, sehingga penyerapan pupuk menjadi effisien (tidak boros).
Ramah lingkungan karena menetralkan unsur yang mencemari lingkungan.
Memperbaiki struktur tanah (sifat fisik) karena kandungan Ca dan Na.
Meningkatkan KPK tanah (sifat kimia).
Meningkatkan hasil tanaman.
Bila dibandingkan dengan bahan organik dalam fungsinya sebagai pemantap tanah, maka zeolit akan lebih unggul. Secara teknis sebenarnya bahan organik juga bisa menggantikan peran zeolit. Tetapi ada beberapa kelemahan dari bahan organik sehubungan dengan aplikasinya di lahan pertanian. Kelemahan itu antara lain bahan organik akan melepaskan asam-asam organik yang akan menurunkan pH tanah. Menurunnya pH tanah berarti menurun pula tingkat kesuburan tanah.
Bahan organik juga mempunyai sifat mengikat dan tidak akan melepaskan unsur-unsur mikro (chellating agent) sehingga tanaman kekurangan unsur mikro (Fe, Mn, Cu dan Mo). Kemudian dalam aplikasinya sulit disosialisasikan pada tingkat petani, karena kuantitasnya yang besar dan tidak semua petani memiliknya.
Tetapi dengan menggunakan zeolit maka petani akan lebih mudah dalam aplikasinya di lahan pertanian. Disamping karena harganya murah juga dapat dipakai dengan mudah dan ringkas.
Penggunaan zeolit dalam lahan pertanian ibarat memberi makan tanaman dengan wadahnya. Jadi apabila tanah diberi pupuk dengan tambahan zeolit, maka ibaratnya zeolit adalah wadahnya dan pupuk adalah makanannya. Dengan demikian pupuk (makanan) yang diberikan pada tanaman akan selalu tersedia dan awet karena tidak tercecer kemana-mana.

Alat utama proses pembuatan NPK Blending adalah Auger, merupakan alat yang berbentuk spiral memanjang yang digerakan oleh motor yang berpungsi untuk mengaduk bahan baku pupuk NPK. Keberhasilan proses pencampuran sangat tergantung pada kehandalan Auger.
Proses Blending NPK dibagi dalam 3 seksi :
Seksi Feeding
Ketepatan komposisi produk tergantung pada akurasi dan ketepana pada tahap ini.
Seksi Blending
Merupakan tahap dimana proses pencampuran bahan baku NPK terjadi
Seksi Bagging
Pokok terpenting pada seksi ini adalah ketepatan penimbangan produk NPK.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar