Sekapur Sirih

Foto saya
Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia
Dilahirkan di Jepara pada awal bulan Agustus sebelum tahun 1980an, berambut ikal berkulit putih ala sawo matang. dibesarkan dalam lingkungan pengrajin ukiran kayu, walau jalan hidupnya jauh dari yang ada kaitannya dengan kayu... biar tampil beda he he he....dan menikah pada bulan yang sama 30 tahun setelah dilahirkan. Alhamdulillah telah dikaruniai seorang bidadari kecil pada hari Kamis, 6 Mei 2010. Selamat datang putriku sayang kuhadiahkan sebuah nama yang penuh dengan harapan dan doa "Tazkia Nadya Ulya" ....... Bekerja pada salah satu perusahaan negara bagian bersih-bersih alat sejak tahun 2007, setelah sebelumnya 3 tahun bergulat pada salah satu perusahaan kilang LPG di belantara lembur Cilamaya karawang.

Pengikut

Senin, 31 Agustus 2009

SERAUT WAJAH

Renta, ringkih dan keriput..... lemah.... pesona yang dapat menggetarkan hati dan perasaan. setegar dan segagah apapun ketika ku lihat pesona wajahmu tak sanggup air mata ini ku bendung. Besar pengorbananmu..... besar cinta kasihmu...... tulus ikhlash hatimu tak terbayarkan oleh apapun. Begitu luas samudera maafmu padaku, ketika ku berbuat salah padamu. kata kasarku kau sambut dengan lembut halus doamu. betapa besar salah dan dosaku padamu.... dengan penuh ikhlas telah kau maafkan...... terima kasih ibu.... Allahummagfirliy wa liwa lidaiya warhamhuma ka robbayani shagiroo... amin.

Jumat, 28 Agustus 2009

NPK GRANULAR 2 (TEORI DRYING DAN COOLING)

Drying dimaksudkan untuk memisahkan kelebihan moisture dalam produk yang keluar granulator sampai dibawah 1.5%, dengan menghembuskan udara panas melewati dryer. Udara panas diperoleh dari reaksi pembakaran dengan menggunakan bahan bakar (Gas Alam atau Solar) didalam furnace, dengan reaksi sebagai berikut :
CnHn+2 + O2 à CO2 + H2O
Udara diperoleh dari hembusan Combustion Fan ke dalam furnace dan juga dibantu dari hisapan Dryer fan yang berfungsi untuk mengalirkan udara panas. Untuk melindungi batu tahan api dihembuskan udara pendingin dari dilution fan.
Tipe dryer yang digunakan untuk mengeringkan NPK granular dipilih Rotary Dryer. Rotary Dryer berbentuk silinder/drum yang berputar. Panjang drum biasanya 4 – 10 kali diameternya dimana biasanya diameter bervariasi antara 0.3 – 3 m. Solid feed masuk ke dryer dan melewati drum ke arah discharge karena adanya perputaran drum, head efek dan slope drum.

Pada Dryer, terdapat 4 kondisi padatan dalam bed yaitu : Static, Moving, Fluidized dan Dilute. Untuk proses pengeringan yang ada pada NPK granular Kujang adalah Moving solid bed menggunakan dryer tipe rotary. Padatan akan turun karena gaya gravitasi dan naik dengan adanya gerakan mechanical lifters sehingga pengadukan dapat terjadi dalam dryer.

Direct Rotary dryer
Direct rotary dryer biasanya dilengkapi dengan flight pada bagian dalam drum, untuk lifting dan showering (Penaburan) padatan dengan aliran gas selama melintas drum. Flights biasanya diletakkan 0.6 - 2 m untuk memastikan agar pergerakan solid-gas kontinyu dan seragam. Bentuk flight tergantung pada karakteristik solid. Untuk material yang mudah mengalir digunakan radial flight 90o lip, sedangkan material yang lembab digunakan flat radial flight tanpa lip. Jika material berubah karakteristik selama proses drying, design flight bisa berubah-ubah sepanjang drum. Contoh dryer dengan desain flat radial flight tanpa lip pada first end, flight dengan 45o lip pada middle end dan flight dengan 90o lip pada back end. Spiral flight biasanya diletakkan pada bagian awal atau akhir drum untuk mempercepat aliran forward dari bawah ke feed chute atau conveyor dan untuk mencegah kebocoran pada retainer feed end dan gas seal. Jika digunakan aliran gas-solid cocurrent, flight mungkin harus dikurangi/dihilangkan pada bagian akhir untuk mengurangi entrainment dry produk. Showering material basah pada feed end dryer countercurrent biasanya akan efektif karena untuk scrubbing dry entrained solid dari aliran gas sebelum keluaran drum.
Ada beberapa dryer yang dilengkapi dengan sawtooth flight untuk showering agar seragam, tetapi ada juga yang menggunakan length chain yang diletakkan pada underside flight untuk mengikis dan knock (pemukul) dinding drum. Pada prinsipnya untuk menghilangkan material basah/lembab yang lengket dan menempel pada dinding. Material padat lembab yang menempel pada dinding dan flight sangat efisien jika dihilangkan dengan external shell knockers (pemukul sheel eksternal).

Pada dryer dengan cross section besar, internal elemen atau partisi-partisi biasanya digunakan untuk menaikkan efektivitas distribusi material dan mengurangi debu dan impct grinding. Tetapi penggunaan internal elemen juga mempersulit pembersihan dan perbaikan karena free area antara partisi untuk kemudahan akses kecil. Penyusunan flight pada dryer :
Perhitungan Kebutuhan Udara
Untuk menghitung kebutuhan udara, terlebih dahulu harus dihitung jumlah kalor yang digunakan untuk memanaskan dan menguapkan air pada material padat serta panas yang hilang.
Kalor yang digunakan untuk memanaskan material padat
Q1 = G . Cp . (T2 – T1)
Dimana :
G = Berat partikel padatan NPK, (Kg)
Cp = Kapasitas Panas NPK, (0.33 Kcal/Kg.oC)
T1 = Temperatur masuk Dryer, (oC)
T2 = Temperatur keluar Dryer, (oC)
Kalor untuk menguapkan kandungan air dalam material
Q2 = W( λ + Cp(t2 – T1))
Dimana :
W = Berat air yang diuapkan, (Kg)
Λ = Panas laten air, (595 Kcal/kg)
Cp = Kapasitas air, (0.46 Kcal/Kg.oC)
T1 = Temperatur masuk Dryer, (oC)
t2 = Temperatur tail gas keluar Dryer, (oC)
Heat Loss
Panas yang hilang selama pengeringan sebesar 15%. Sehingga kalor yang hilang adalah :
Q3 = (Q1 + Q2) . 15%
Kalor yang terbawa oleh tail gas
Q4 = L((Cpu + Cpa.X0).(t2 – t0))
Dimana :
L = Udara kering, (Kg/h)
Cpu = Kapasitas panas udara, (0.24 Kcal/Kg.oC)
Cpa = Kapasitas panas air, (0.46 Kcal/Kg.oC)
X0 = Kandungan air dalam udara, (0.0223 Kg air/kg udara)
t2 = Temperatur tail gas keluar Dryer, (oC)
t0 = Temperatur ambient, (oC)
Kalor Keluar Furnace
Q0 = L((Cpu + Cpa.X0).(t1 – t0))
Dimana :
L = Udara kering, (Kg/h)
Cpu = Kapasitas panas udara, (0.24 Kcal/Kg.oC)
Cpa = Kapasitas panas air, (0.46 Kcal/Kg.oC)
X0 = Kandungan air dalam udara, (0.0223 Kg air/kg udara)
t1 = Temperatur udara panas, (oC)
t0 = Temperatur ambient, (oC)
Kebutuhan udara
Dihitung menggunakan kesetimbangan panas sebagai berikut :
Q0 = Q1 + Q2 + Q3 + Q4
L((Cpu + Cpa.X0).(t1 – t0)) = Q1 + Q2 + Q3 + L((Cpu + Cpa.X0).(t2 – t0))
L((Cpu + Cpa.X0).(t1 – t2)) = Q1 + Q2 + Q3
L = (Q1 + Q2 + Q3)/ ((Cpu + Cpa.X0).(t1 – t2))
Flow udara panas (m3/h)
V1 = L.(0.773+1.244X0).(273+t1)/273
Flow tail gas
V2 = L.(0.773+1.244X2).(273+t2)/273
Dimana X2 dapat dihitung,
X2 = (W + L.X0)/L
Kebutuhan Natural Gas
Heat value Natural Gas = 9000 Kg/Kcal
Natural Gas Usage = 75%
Kebutuhan Natural gas = Q0/(Heat Value X 75%)

Diameter Dryer dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
D = ((V2/3600)/0.785/2.5)0.5
dimana D dalam meter

Pada pengeringan produk NPK yang menjadi kontrol operasi adalah sebagai berikut :

a. Mass of Product
Sebagi indikasi digunakan ampere meter (Untuk mengukur ampere motor dryer) dan weigher. Naik turunnya ampere dryer dan weigher yang dipasang pada keluaran dryer menjadi indikator tonase produk yang tertampung didalamnya dan memberikan informasi konstan atau tidaknya recycle
b. Moisture of Product
Bila cenderung naik artinya ada perubahan bentuk granul dan/atau humidity. Karena humidity cenderung menaikkan tonase produk inside dryer pembacaan paralel ampere dan weigher akan memberikan informasi beban produk yang direcycle.

Cooler digunakan untuk mendinginkan material solid yang ada dalam proses dengan cara didinginkan dengan menggunakan udara dingin. Penyebaran panas terjadi melalui mekanisme konduksi dan konveksi. Kedua meklanisme tersebut sangat tergantung pada beda temperatur padatan, udara, dan karakteristik fisik material pada proses pendinginan.
Untuk mengetahui total pertukaran panas padatan dan udara, maka digunakan rumus perhitungan sebagai berikut :

Konduksi : Q = -k.A.dTs/dx
Konveksi : Q = h.A.∫T

Dimana :
k = Konduktifity padatan, tergantung pada spesific heat dan ukuran
Ts = Temperatur padatan
∫T = Diferensial temperatur antara padatan dan udara
h = Koefisien perpindahan panas, tergantung spesific heat, dan viskositas udara
A = Luas permukaan Cooler

Untuk mempermudah perhitungan, pada praktiknya untuk koefisien digunakan data percobaan.

NPK GRANULAR 1 (TEORI GRANULASI)

Dalam proses pembuatan NPK granular, proses granulasi adalah tahapan yang paling penting. Terdapat tiga tahapan dalam proses granulasi yaitu :
a. Tahap Pembasahan dan Pembentukan Inti (Wetting and Nucleation)
Wetting merupakan tahap awal granulasi yang meliputi penambahan air pada feed
Nucleation merupakan tahap pembentukan inti dimana partikel-partikel saling lengket satu dengan yang lain membentuk inti
b. Tahap Penggabungan dan Pertumbuhan
Pada tahap ini partikel terus tumbuh besar. Pada fase ini berangsur-angsur ukuran granul bertambah. Partikel bertambah padat sebagai akibat tumbukan granul pada dinding granulator dan partikel lain dan membentuk poros akibatnya air mendesak keluar permukaan granul yang pada akhirnya granul basah.
c. Breakage Stage
Tahap ini terjadi ketika granul mencapai ukuran kesetimbangan dan demikian daya ikat granul tidak dapat lama terjaga sehingga menyebabkan granul pecah.
Proses pembesaran ukuran butiran padatan dalam proses granulasi melalui mekanisme sebagai berikut :
a. Aglomerasi
Pembentukan granule terjadi karena adanya tumbukan dan kelekatan dari feeding partikel utama dengan salah satu atau lebih dari nucleous didalam material recycle. Syarat untuk agglomerasi, adalah adanya fase cair dan mechanical agitation agar partikel saling kontak sehingga memberikan bentuk granul yang baik
b. Layering
Utamanya karena adanya bahan baku cair dan atau slurry dari recovery scrubbing system yang di pancarkan pada lapisan padatan dalam granulator. Pelapisan akan membuat granul keras dan tidak mudah pecah. Fase cair merupakan komposisi cairan dengan garam yang terlarut yang merupakan penggabungan dari material padat dengan recycle. Adanya jembatan garam (Salt Bridge) sangat membantu pengikatan antara partikel.
Granul yang terbentuk oleh proses layering menghasilkan granul yang lebih keras, bulat dan lebih tahan lama dibandingkan hasil proses agglomerasi. Terjadinya mekanisme agglomerasi dan layering karena adanya putaran mekanis dalam Granulator (Alat untuk tempat berlangsungnya proses Granulasi). Parameter-parameter penting dalam proses granulasi adalah sebagai berikut :
a. Putaran Granulator
Putaran optimal dari granulator adalah 40% dari kecepatan kritis
Nc = ½ ∏ (g/(R-r))0.5
Keterangan :
Nc : Putaran kritis dimana gaya tangensial = gaya gravitasi
g : Kecepatan Gravitasi (9.8 m/det2)
R : Diameter granulator (m)
r : Diameter butiran yang diinginkan
b. Rasio fase cair dan suhu operasi
Fase cair merupakan pengikat yang kuat dan permanen, didalam proses agglomerasi yang diperoleh dari :
1. Larutan Garam : Ammonium phosphate slurry, larutan urea atau ammonium sulfat
2. Terlarutnya lapisan permukaan dari garam solid raw material dan recycle particles yang disebabkan oleh karena kenaikan suhu dan atau injeksi air/steam
3. Untuk meningkatkan fase cair dalam granulator yang paling mudah adalah injeksi air/steam
Semakin tinggi fase cair, prosentase ukuran butiran besar (>4 mm) yang dihasilkan semakin besar.
1. Semakin tinggi suhu operasi distribusi ukuran butiran on size lebih sempit
2. Semakin tinggi suhu operasi, tingkat kesulitan pembutiran semakin tinggi, namun produk yang dihasilkan semakin baik (Keras)
c. Ukuran partikel bahan baku padat
Semakin lembut ukuran butiran bahan baku, proses granulasi semakin mudah, dan produk yang dihasilkan lebih bagus. Akan tetapi handlingnya lebih susah karena :
· Angel of respose-nya sangat rendah, sehingga memerlukan gudang yang luas (jika in bulk) dan back flow pada belt conveyor yang miring (naik)
· Losses lebih tinggi dan paparan debu di lingkungan kerja tinggi
d. Recycle ratio padatan dalam granulation loop
Recycle ratio menunjukkan berapa banyak produk yang diumpankan kembali ke sistem granulasi. Semakin tinggi solid recycle ratio mutu dari butiran semakin bagus dan proses granulasi semakin mudah, khususnya jika tidak dilengkapi pulverizer di sistem feeding bahan baku/setengah jadi. Adapun dampak negatif yang perlu dipertimbangkan dengan adanya recycle ratio adalah sebagai berikut :
· Berkurangnya fase cair di dalam granulator
· Penurunan suhu solid bed di dalam granulator
Kedua hal ini dapat diatasi dengan adanya injeksi steam.
· Kapasitas produksi akan semakin rendah
e. Compatibility bahan baku padat
Dengan mengetahui compatibility bahan maka kita dapat memilih bahan baku yang tepat untuk pupuk NPK
f. Critical Relative Humidity (CRH) bahan baku padat
CRH merupakan angka relative Humidity (RH) lingkungan dimana tidak terjadi penyerapan air dari udara lingkungan dan tidak terjadi penguapan air ke lingkungan oleh produk. Jika RH > CRH, maka terjadi penyerapan air dari udara lingkungan oleh produk (Hygroskopis). Bahan dengan CRH rendah berarti tingkat hygroskopis bahan tersebut tinggi. CRH merupakan fungsi suhu, semakin tinggi suhu semakin rendah CRH (Semakin hygroskopis). Dengan mengetahui CRH bahan padat kita dapat memilih bahan baku yang tepat dan handlingnya sesuai dalam memproduksi pupuk NPK.

Minggu, 09 Agustus 2009

DATA DIRI

Rambut ikal, kulit tak putih menjadi ciri khas. dilahirkan dari ibu tercinta di tlatah Jepara pada tahun 1979. arek lembur Ngasem disalah satu lembur yang ada di kabupaten jepara.